Haryono Suyono, Januari 15, 2017.
Pada pertengahan Bulan Desember lalu Pengurus Besar Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PB PWRI), hasil Keputusan Munas tahun 2016 dan Keputusan Ketua Umumnya yang baru, dikukuhkan secara resmi. Pengurus ini mengemban tugas selama lima tahun ke depan. Mereka mengkoordinasikan kegiatan dari berbagai kelompok pensiunan pegawai negeri sipil dan pegawai BUMN yang tersebar di berbagai Kementerian dan BUMN serta PWRI Provinsi, Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.
Anggota PWRI dewasa ini berjumlah sekitar 2,5 – 3 juta orang dan umumnya sekitar 80 persen masih segar bugar dan di desanya aktif dalam kegiatan masyarakat luas.
Pengurus baru PB PWRI akan memulai kegiatannya dengan konsolidasi organisasi di berbagai kementerian, provinsi, kabupaten dan kota agar secara bersama-sama atau sendiri-sendiri bisa membantu anggotanya melalui Silver College yang telah terbentuk di banyak daerah untuk segera bisa mendorong anggotanya membaur bersama masyarakat luas. Para anggota dianjurkan lebih banyak memberi perhatian kepada keluarga prasejahtera, keluarga miskin, melalui kegiatan bersama atau bahkan melalui kegiatan pribadi sebagai amal ibadah yang tulus dan ikhlas.
Kegiatan bersama bisa dilakukan dengan kerja sama forum Posdaya yang sudah terbentuk di banyak desa di seluruh Indonesia, atau kalau perlu PWRI di daerahnya bisa membentuk Posdaya di desa yang belum memiliki Posdaya.
Para anggota PWRI di berbagai daerah bisa dipersiapkan agar dalam membaur dengan kalangan luas di pedesaan bisa memberikan masukan, utamanya pada saat masyarakat desa mengadakan musyawarah antar warga di desanya.
Masukan kepada masyarakat itu sangat penting bagi para Kepala Desa atau Lurah yang dewasa ini harus memimpin melalui perencanaan pembangunan komprehensif yang membawa manfaat untuk masyarakat di desanya. Hanya dengan bantuan musyawarah di setiap desa, para Kepala Desa atau Lurah bisa memanfaatkan dana yang makin besar dialirkan pemerintah ke desa guna membangun infrastruktur dan membantu keluarga miskin untuk bebas dari lembah kemiskinan. Kegiatan pembangunan guna membantu keluarga miskin berubah menjadi keluarga yang bahagia dan sejahtera. Musyawarah dan bantuan keluarga desa yang lebih mampu akan bisa mendampingi keluarga desa yang sedang berjuang.
Para anggota PWRI di berbagai daerah bisa dipersiapkan agar dalam membaur dengan kalangan luas di pedesaan bisa memberikan masukan, utamanya pada saat masyarakat desa mengadakan musyawarah antar warga di desanya.
Masukan kepada masyarakat itu sangat penting bagi para Kepala Desa atau Lurah yang dewasa ini harus memimpin melalui perencanaan pembangunan komprehensif yang membawa manfaat untuk masyarakat di desanya. Hanya dengan bantuan musyawarah di setiap desa, para Kepala Desa atau Lurah bisa memanfaatkan dana yang makin besar dialirkan pemerintah ke desa guna membangun infrastruktur dan membantu keluarga miskin untuk bebas dari lembah kemiskinan. Kegiatan pembangunan guna membantu keluarga miskin berubah menjadi keluarga yang bahagia dan sejahtera. Musyawarah dan bantuan keluarga desa yang lebih mampu akan bisa mendampingi keluarga desa yang sedang berjuang.
Lebih dari itu sistem gotong-royong harus ditingkatkan guna memanfaatkan dan melestarikan bantuan pemerintah pusat itu untuk mengangkat keluarga miskin di desanya secara lebih dinamis.
Selain itu perlu diarahkan agar pengembangunan infrastruktur di desa bisa dan perlu diutamakan guna perbaikan jalan dan prasarana menuju ke sarana bidang kesehatan, pendidikan dan fasilitas bagi setiap warga untuk bisa berjualan di pasar atau tempat-tempat yang banyak dipergunakan untuk berkumpul, sehingga sekaligus dapat memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Upaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari harus dibuat mudah, barang yang disajikan memiliki mutu tinggi dan harganya murah, agar bisa meningkatkan kesehatan. Ketersediaan pangan harus menjamin agar anak-anak muda memiliki kesehatan yang prima, supaya bisa tetap sekolah, menambah keterampilan sehingga bisa bekerja dengan baik. Karena itu produk yang dijual di pedesaan perlu dipatok dan diusahakan agar harganya murah sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Pada tingkat awal, para sesepuh dianjurkan membantu mengusahakan pelatihan keterampilan bagi generasi muda guna mempersiapkan mereka menangkap kesempatan kerja yang terbuka di desa atau bahkan mengajak mereka menciptakan kesempatan kerja secara mandiri. Mereka diajak magang pada usaha keluarga lain yang telah berhasil dan dengan rajin menunjukkan bahwa mereka bisa menjadi kader pembangunan yang dapat diandalkan. Keluarga di desa yang sama diajakmemberi kesempatan kepada anak muda dari desa yang sama untuk belajar bekerja, dan ikut membantu mencarikan pekerjaan yang bisa mengangkat hidupnya dari lembah kemiskinan.
Pada saat keluarga masih muda, laki-laki dan perempuan, harus bekerja cerdas dan keras, padahal sedang memiliki anak balita, maka para sesepuh anggota PWRI perlu mengajak para sesepuh lain untuk bersedia mengantar anak-anak balita itu ke PAUD di desanya. Kalau perlu menjadi pendamping anak balita ikut menunggu di sekolahnya sampai anak balita itu bisa kembali ke rumahnya dengan aman. Kalau kedua orang tuanya belum pulang dari tempat kerjanya, keluarga lansia bisa membantu menemani anak balita main di rumahnya dengan penuh kasih sayang dan
ceria.
Pada tahapan berikutnya, para anggota PWRI dianjurkan mengembangkan jaringan warung Posdaya di desa, guna melayani penduduk desa dengan supply kebutuhan bahan pokok seperti beras, minyak, gula dan keperluan lain dengan kualitas baik dan harga yang murah. Kalau perlu para sesepuh meminjamkan fasilitas di rumahnya yang menjadi lengang karena anak mereka sudah mentas, agar penduduk desa mendapatkan jaringan warung sembako yang berkualitas, mudah dijangkau dan harganya murah.
Pada bagian lain, para anggota PWRI di seluruh Indonesia dianjurkan memenuhi kebutuhan sayuran dan buah-buahan yang disediakan dari kebun sendiri. Gagasan Kebun Bergizi dihidupkan pada tingkat awal untuk memenuhi kebutuhan sendiri, kemudian lama kelamaan dapat diarahkan untuk mengisi kebutuhan pasar. Kehidupan gotong-royong di pedesaan harus mampu menyatukan kebutuhan lokal yang memungkinan memiliki nilai tambah dengan target memenuhi kebutuhan pasar sekitar, dan dalam masa jangka panjang juga kebutuhan pasar dengan kawasan yang lebih luas. Apabila target pasar yang lebih luas dapat dipenuhi, apalagi kalau Kebun Bergizi dapat ditanami dengan sistem tanam Organik yang menghasilkan produk yang lebih sehat untuk konsumsi, maka bisa diperoleh pasaran dengan harga jual yang lebih tinggi. Kalau itu yang terjadi, maka Kebun Bergizi bisa menjadi supplier dari pasar sayur modern.
Pada bagian lain dapat diperkenalkan upaya mengajak para anggota PWRI yang dianggap mampu, untuk mengembangkan sedekah dengan memberi perlindungan kepada keluarga kurang mampu dengan mengangkat anak asuh atau keluarga asuh. Ada berbagai kegiatan keluarga atau anak asuh tersebut, yang paling sederhana adalah dengan memberikan asuransi kematian bagi keluarga miskin. Pengurus Pusat bekerja sama dengan lembaga asuransi menyediakan asuransi yang pembayaran preminya sangat minimal dan tanggungan yang cukup besar. Seorang anggota PWRI bisa membayarkan premi untuk keluarga miskin dalam jangka waktu satu tahun yang berlaku untuk seluruh keluarganya, sehingga apabila terjadi sesuatu untuk salah satu anggotanya, maka keluarga yang bersangkutan bisa mendapatkan jaminannya.
Asuransi keluarga ini bersifat ringan dan besaran premi, serta tanggungannya juga berbeda beda sesuai premi yang dibayarkan. Gagasannya adalah agar setiap keluarga dapat bekerja keras tanpa rasa takut bahwa yang ditinggalkan khawatir, karena orang tuanya memiliki asuransi yang menjamin istri dan anak-anaknya apabila terjadi sesuatu untuk orang tuanya. Demikian juga orang tua tidak kawatir karena anak isterinya juga ditanggung oleh pihak asuransi dengan jaminan yang sama. Dukungan itu bersifat tidak mungkin di masa lalu, tetapi hari ini bisa diatur untuk keluarga miskin yang diangkat oleh lansia yang peduli.
(Prof. Dr. Haryono Suyono, MA. PhD – Ketua Umum PWRI).