Kejadian terjadi pada periode tahun 1070-an, dan 1980-an, yang pada waktu di Departemen Keuangan RI dibentuk Pusat Pengkajian Keberhasilan Kebijakan Pemerintah – Center for Policy Implementation Study (CPIS), yang dibiayai dengan Anggaran Departemen Keuangan RI. Di Ketuai oleh Bapak Menteri Keuangan RI, Bapak Prof. DR. Ali Wardhana, dan penulis ditunjuk sebagai Sekretaris dari CPIS itu.
Pada CPIS itu, para Tenaga Ahli dari Harvard Institute for International Development (HIID), yang bekerja bersama Tenaga ahli dari Indonesia, yang berasal dari Departemen Keuangan RI, Bappenas, dan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Pada CPIS itu dikaji Kebijakan-Kebijakan Pemerintah yakni: Kredit Bimas, Keluarga Berencana, Inpres Penghijauan, Inpres Kesehatan, dan Inpres Desa. Adapun yang mengkaji itu terdiri dari Tenaga Ahli Ekonomi, Kesehatan, Pertanian, Moneter, Perdagangan, dan Sosiologi. Kalau Kebijakan Pemerintah berhasil, lalu dinilai oleh masing-masing tenaga ahli dari: Ekonomi, Sosial, Kesehatan, Pertanian, Moneter, dan Perdagangan.
Khusus untuk Kredit Bimas sudah berhasil mendidik orang-orang desa untuk mengajukan permintaan kredit kepada Bank BRI Unit Desa. Yang diperlukan oleh petani desa, ialah tersedianya kredit meskipun suku bunganya lebih tinggi dari Kredit Biasa. Tetapi Kredit khusus dengan bunga yang kecil atau rendah, akan tetapi petani harus pergi ke kota bolak balik, sehingga total cost nya menjadi lebih mahal.
Maka diusulkan kepada Bank Rakyat Indonesia untuk memperkenalkan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) yang meskipun suku bunganya lebih tinggi, tetapi cost nya lebih murah. Hasilnya, Bank BRI semula selalu merugi, berkat usul kebijakan dari CPIS, maka Bank BRI menjadi Beruntung.
Salah seorang Tenaga Ahli Sosialnya, Ibu Prof. DR. Margueret Robinson, pada suatu waktu berujar kepada penulis sebagai berikut, “Marzuki setelah saya sudah dua tahun di Indonesia ini, maka saya nanti apabila sudah pensiun, alias orang tua, maka saya ingin menghabiskan usia saya sampai wafat di bumi Indonesia!”.
Kenapa kok begitu, tanya penulis kepada Ibu Prof. DR. Margueret Robinson. Beliau menjawab “Karena saya melihat di Indonesia, matahari terbit itu sangat indah sekali kelihatannya, demikian juga dengan ketika matahari terbenam. Dan pada tengah malam bisa menikmati bulan purnama”.
Dan Beliau berujar lagi, “ditambah lagi orang-orang Indonesia pada ramah, dan gemar menolong orang-orang, apalagi kepada orang tua. Dan, saya ketika wafat saya minta dimakamkan di bumi Indonesia. Marzuki, Indonesia adalah surga bagi orang-orang tua sedunia. Marzuki jika Anda ada kesempatan ini maka promosilah ke seluruh dunia bahwa, Indonesia adalah surga bagi orang-orang tua sedunia!”.
Tentulah penulis sependapat dengan Ibu Amerika ini. Mudah-mudahan para Pengambil Kebijakan Pariwisata akan melaksanakan nasihat Ibu Prof. DR. Margueret Robinson ini. Insya Allah akan menjadi kenyataan bagi rakyat Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Jakarta, Medio bulan Rajab 2022